3.22.2010

Menantang Para Musisi

Saya tahu sudah banyak orang yang membicarakan hal ini: anak-anak zaman sekarang tak lagi punya lagu. Keadaan ini memaksa mereka untuk menghapal lagu-lagu orang dewasa, tentunya tanpa daya saring. Walaupun mereka tak paham dengan maksud dari lagu tersebut atau bahkan arti kata-katanya, mereka tetap akan menghapal dan menyanyikannya. Okelah kalau lagu-lagu orang dewasa yang mereka hapal itu lagu-lagu yang liriknya baik. Mungkin kita masih bisa mentolerirnya. Namun apabila lagu yang dihapal adalah lagu-lagu yang bercerita tentang kesia-siaan, pesimisme, perselingkuhan?

Contoh paling dekat saya temukan pada sepupu saya yang usianya belum mencapai angka lima. Sudah bisa menghapal lagu Matta Band yang memang sempat populer beberapa tahun yang lalu. Temanya: kekasih yang menjalin cinta (lagi) dengan sahabat. Saya rasa ini tidak bisa disebut sebagai sebuah prestasi.

Itu belum seberapa. Saya sedang mengendarai sepeda motor dengan kecepatan rendah ketika saya melihat seorang anak laki-laki berjalan di pinggir jalan. Dengan santai ia bernyanyi “Serong kanaaan...! Serong kiri...!”, potongan lirik dari lagu The Changcuters. Saya tak yakin anak itu tahu arti kata “serong”. Saya ingin tertawa mendengarnya. Menertawakan sesuatu yang sebenarnya tragedi, bukan komedi.

Setahu saya, Ruben Onsu pernah mempopulerkan lagu anak-anak berjudul “Jangan Gila Dong”. Band Naif juga telah membuat terobosan dengan mengubah nama band mereka menjadi BonBinBand (Kebon Binatang Band) lalu membuat album anak-anak. Sayangnya lagu-lagu ini mungkin tereliminasi oleh permintaan pasar sehingga tidak sepopuler lagu-lagu dewasa lainnya.

Oleh karena itulah -dan karena saya tidak bisa bermusik- saya menantang para musisi untuk membuat suatu karya hebat, bermanfaat, dan tentunya laku di pasaran, yang didedikasikan untuk anak-anak Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar