3.15.2010

Rasulullah Tak Pandai Membaca

Tanggal merah kemarin mengingatkan saya pada Rasulullah, Muhammad SAW. Sosok yang nyaris sempurna. Tokoh paling berpengaruh di dunia. Shiddiq, amanah, tabligh, fathonah = Jujur, kredibel, edukatif, cerdas. Masih kanak-kanak tapi berhasil mencegah keributan antarsuku dengan cara yang begitu sederhana. Kredibilitasnya tak diragukan lagi sehingga digelari Al-Amin, bahkan sebelum Muhammad dilantik menjadi Rasul. Enterpreneur sejati, mencapai kebebasan finansial di usia muda. Sebenarnya dapat hidup mewah, namun hartanya diprioritaskan untuk kepentingan umatnya. Pemimpin negara dan rumah tangga yang adil dan bijak. Saat meninggal, yang dikhawatirkan hanya keselamatan umatnya. Ya, anda mungkin sudah tau dan ingat semua hal yang saya ceritakan ini. Namun, ingatkah anda bahwa Rasullullah SAW tak pandai membaca?


Bolehlah kita ingat cerita turunnya wahyu pertama di Gua Hira. Muhammad sedang menyendiri, berusaha menjauh dari budaya yang tidak disukainya. Lalu Jibril datang dan memintanya membaca. Muhammad tak bisa, tapi Jibril terus memintanya membaca. Peristiwa ini terjadi berulang kali, sampai akhirnya Jibril yang membacakan wahyu pertama, dan Muhammad diminta mengikutinya. Sejak saat itu, Muhammad resmi dilantik menjadi Rasullullah SAW.


Dulu, fakta tersebut memunculkan pertanyaan dalam isi kepala saya: mengapa Rasullullah SAW tak pandai membaca? Pertanyaan ini bisa ditambah lagi dengan pertanyaan baru: mengapa Allah memilih Rasul yang tak pandai membaca? Atau: mengapa Allah tak membuat Muhammad jadi pandai membaca, padahal itu sangat mudah bagi Allah?


Saya tak pernah menanyakan pertanyaan ini kepada orang lain sebelumnya. Takut dikira merendahkan Rasullullah SAW. Pertanyaan ini saya simpan saja di isi kepala saya. Setahun yang lalu, pertanyaan saya ini terjawab.


Saya sedang menonton televisi sore itu. Acara Tafsir Al-Mishbah. Pembicaranya Bapak Quraish Shihab, salah seorang ahli tafsir di Indonesia. Kata Pak Quraish, Rasul tak pandai membaca supaya Allah dapat langsung mengajarinya, tanpa terpengaruh oleh referensi-referensi buatan manusia. Memang pada zaman itu, Bangsa Arab sedang maju kesusastraannya. Tentu banyak karya tulis-karya tulis yang dipublikasikan. Perihal kebenarannya, siapa yang bisa menjamin? Pasti jauh lebih valid kebenarannya kalau Allah yang mengajarkan langsung.


Contoh sederhananya seperti ini. Selama anda membaca buah pemikiran saya ini, secara tidak sadar anda telah menyimpannya di isi kepala anda. Beruntung pemikiran saya kali ini Insya Allah benar. Bagaimana kalau saya menceritakan yang tidak benar? Pasti anda juga akan menyimpan informasi yang tidak benar di isi kepala anda. Lalu anda menceritakannya kepada orang banyak, kemudian orang banyak itu menceritakan hal yang sama kepada orang yang lebih banyak lagi. Ada berapa orang yang akan menyimpan informasi yang tidak benar di isi kepalanya? Lain ceritanya kalau anda tak pandai membaca. Anda tak akan mendapatkan informasi sama sekali, apalagi terpengaruh, dengan pemikiran saya.


Fakta bahwa Rasulullah SAW tak pandai membaca juga dapat membuktikan bahwa Al-Quran terjamin validitasnya. Jelas Al-Quran bukanlah karangan Muhammad. Bagaimana seorang yang tak dapat membaca dapat mengarang karya ilmiah? Apalagi karya ilmiah tersebut tak terbantahkan kebenarannya sampai belasan abad setelah dipublikasikan! Dan satu lagi, karya ilmiah itu disusun dengan bahasa sastra yang sangat indah, tak tertandingi oleh penyair yang paling hebat! Mustahil karya tersebut dibuat oleh orang yang tak pandai membaca.


Apakah lebih baik kalau kita juga tak pandai membaca? Jawabannya: tidak. Zaman sekarang, tentu lebih baik jika kita pandai membaca. Karena tak mungkin lagi ada wahyu Allah yang turun ke bumi. Tugas kita tinggal memilih, mana informasi yang benar dan mana yang salah. Yang sudah terjamin kebenarannya ya Al-Quran.


Alhamdulillah. Syukurlah anda dan saya pandai membaca. Sehingga saya bisa mempublikasikan alasan mengapa Rasullullah SAW tak pandai membaca, dan anda dapat mempublikasikannya juga kepada orang lain dengan cara anda sendiri.


Thareq Barasabha

2 komentar:

  1. Nabi Muhammad Sebenarnya Pandai Membaca

    Menurut beberapa keterangan dan fakta sejarah, bahwa :
    1. Nabi Muhammad sejak kecil diasuh oleh Pamannya Abu Tholib ayah Ali, bagaimana mungkin Nabi tidak bisa baca tulis, sementara dia hidup dengan orang-2 yang sangat pandai baca tulis.

    2. Abu Thalib dan Ali, pandai membaca dan menulis, bahkan Ali mempunyai julukan Pintunya Ilmu. Rasanya sulit diterima oleh akal fikiran, kita mempunyai keponakan yang hidup bersama bertahun-tahun tidak kita beri pelajaran membaca dan menulis, sedang yang diberi pelajaran hanya anaknya sendiri.

    3.Tentunya kita akan memberi pelajaran yang sama dengan anak kita, apalagi seorang anak yatim piatu dan itu kebonalan seniri yang sangat disayangi dan dibela.

    4. Menginjak dewasa, Nabi sudah pandai berdagang dan yang mengajarkan pamannya, bahkan berdadang sampai di negeri orang.

    5. Pada waktu ikut berdagang dengan Khodijah, Nabi sangat dipercaya untuk membawa dangangan yang sangat banyak sampai ke negeri orang ( kalo bahasa kita sekarang eksport .

    6. Manamungkin, Nabi tidak bisa baca tulis, padahal dia harus membawa banyak barang, catatan pemesan barang, catatan keuangan. apa itu hanya dihafal saja.

    7. didalam Alqur'an sudah sangat jelas perintahnya, setiap transaksi harus dicatat. semua perintah Allah, awalnya adalah perintah untuk Nabi agar dilaksanakan. Jadi bertentangan kalau nabi tidak bisa mencatat.

    8. dan masih banyak lagi

    BalasHapus
  2. tapi sepertinya lebih banyak sumber-sumber yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW tidak dapat membaca..

    BalasHapus